PERKENI Konsensus Pengelolaan dan pencegahan Diabetes Mellitus tipe 2 tipe 2 di Indonesia. PERKENI. 2. Wild S, Roglic G, Green A. PERKENI (). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Therapeutic approaches to target inflammation in type 2 diabetes. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Perkeni;
Author: | Kell Moogular |
Country: | Ecuador |
Language: | English (Spanish) |
Genre: | Love |
Published (Last): | 19 September 2017 |
Pages: | 252 |
PDF File Size: | 12.37 Mb |
ePub File Size: | 14.11 Mb |
ISBN: | 139-5-46185-494-3 |
Downloads: | 99292 |
Price: | Free* [*Free Regsitration Required] |
Uploader: | Yozshujin |
Published on Jul View 3. Perieni PengantarSaat ini epidemi penyakit tidak menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di Indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular juga belum tuntas, selain itu semakin banyak pula ditemukan lonsensus infeksi baru dan timbulnya kembali penyakit infeksi yang sudah lama menghilang, Sehingga Indonesia memiliki beban kesehatan ganda yang berat.
Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, Indonesia telah memasuki epidemi diabetes melitus tipe 2. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting masalah ini, dan terus menerus meningkat pada milenium baru kinsensus.
Selain itu hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik non farmakologis maupun farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik. Bukti-bukti menunjukkan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal.
Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman pengelolaan yang dapat menjadi acuan penatalaksanaan diabetes melitus.
Dalam 5 tahun terakhir setelah diabete Konsensus Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2 pada tahunbanyak penelitian yang dilakukan berhubungan dengan usaha pencegahan dan pengelolaan baik diabetes maupun komplikasinya. Revisi buku konsensus adalah revisi keempat kalinya setelah revisi buku konsensus sebelumnya pada tahundan Mengingat sebagian besar penyandang diabetes adalah kelompok DM tipe 2, konsensus pengelolaan ini terutama disusun untuk DM tipe 2, sedang untuk DM tipe 1 dan DM gestasional dibicarakan dalam buku panduan tersendiri.
Konsensus ini disusun secara spesik sesuai kebutuhan pelayanan kesehatan di bidang diabetes di Indonesia tanpa meninggalkan kaidah-kaidah evidence-based, sehingga semoga nantinya buku ini dapat lebih bermanfaat.
konsensus diabetes mellitus perkeni pdf tax
Kami merekomendasikan buku ini menjadi acuan penatalaksanaan diabetes melitus tipe 2 oleh para profesional kesehatan di seluruh Indonesia.
Selain itu, selanjutnya masih diperlukan pelatihan-pelatihan yang berkesinambungan bagi para dokter dan petugas kesehatan lainnya serta peningkatan peran aktif penyandang diabetes dan keluarganya dalam pengelolaan diabetes melitus secara menyeluruh. Revisi buku konsensus merupakan revisi buku konsensus pengelolaan DM yang keempat. Setelah revisi buku konsensus pertama tahun dan revisi kedua tahundilakukan revisi ketiga yang diselesaikan tahun Mengingat sebagian besar penyandang diabetes adalah kelompok DM tipe 2, konsensus pengelolaan berikut terutama disusun untuk DM tipe 2, sedangkan untuk kelompok DM tipe1 dan pengelolaan diabetes pada kehamilan, dibicarakan dalam buku panduan tersendiri.
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Meskipun terdapat perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak kali lipat pada tahun Hasil penelitian pada rentang tahun menunjukkan peningkatan prevalensi yang sangat tajam.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia tahundiperkirakan penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak juta jiwa. Mengingat bahwa DM akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, maka semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah, sudah seharusnya ikut serta dalam usaha penang gulangan DM, khususnya dalam upaya pencegahan. Kasus DM sederhana tanpa penyulit dapat dikelola dengan tuntas oleh dokter umum di pelayanan kesehatan primer.
Penyandang dia betes yang berpotensi mengalami penyulit DM perlu secara pe riodik dikonsultasikan kepada dokter spesialis penyakit dalam atau dokter spesialis penyakit dalam konsultan endokrin, me tabolisme, dan diabetes di tingkat pelayanan kesehatan yang lebih tinggi di rumah sakit rujukan.
Demikian pula penyandang diabetes dengan glukosa darah yang sukar dikendalikan dan penyandang diabetes dengan penyulit. Pasien dapat dikirim kembali kepada dokter pelayanan primer setelah penanganan di rumah sakit rujukan selesai. Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup.
Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan memberi kan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memper baiki hasil pengelolaan. Untuk mendapatkan hasil pengelolaan yang tepat guna dan berhasil guna, serta untuk menekan angka kejadian penyulit DM, diperlukan suatu standar pelayanan minimal bagi penyan dang diabetes.
Penyempurnaan dan revisi secara berkala standar pelayanan harus selalu dilakukan dan disesuaikan denganKonsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia kemajuan-kemajuan ilmu mutakhir, sehingga dapat diperoleh manfaat yang sebesar- besarnya bagi penyandang diabetes. DenisiMenurut American Diabetes Association ADA tahunDiabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan I.
Klasifikasi kerja insulin, atau kedua-duanya. Klasikasi Klasifikasi DM dapat dilihat pada tabel 1. Harrisons Principle of Internal Medicine, Fig: DiagnosisDiagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Guna penentuan diagnosis DM, pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Penggunaan bahan darah utuh wholebloodvena, ataupun angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO. Sedangkan untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis diabetes melitus Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti di bawah ini: Tes toleransi glukosa oral TTGO.
Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan spesik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. Langkah-langkah diagnostik DM dan gangguan toleransi glukosa dapat dilihat pada bagan1. Kriteria diagnosis DM untuk dewasa tidak hamil dapat dilihat pada tabel Apabila hasil pemeriksaan tidak memenuhi kriteria normal atau DM, bergantung pada hasil yang diperoleh, maka dapat digolongkan ke dalam kelompok toleransi glukosa terganggu TGT atau glukosa darah puasa terganggu GDPT.
Pemeriksaan penyaring Pemeriksaan penyaring dilakukan pada mereka yang mempunyai risiko DM seperti terlihat pada halaman 33namun tidak menunjukkan adanya gejala DM. Kedua melitus tersebut juga merupakan faktor risiko untuk terjadinya DM dan penyakit kardiovaskular dikemudian hari.
Pemeriksaan penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa. Skema langkah-langkah pemeriksaan pada kelompok yang memiliki risiko DM dapat dilihat pada bagan1. Pemeriksaan penyaring untuk tujuan penjaringan masal mass screening konsennsus dianjurkan mengingat biaya yang konsesnus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2 di Indonesia hal, yang pada umumnya tidak diikuti dengan rencana tindak lanjut bagi merekayang diketemukan adanya kelainan.
Pemeriksaan penyaring dianjurkan dikerjakan pada saat pemeriksaan Kadar glukosa atau general check-up. Kadar glukosa darah sewaktu dan glukosa darah puasa sebagai patokan penyaring dapat dilihat pada tabel 3. Untuk kelompok risiko tinggi yang tidak peerkeni kelainan Catatan: Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi lahir dengan BB normal.
konsensus diabetes mellitus perkeni 2011 pdf tax
Faktor risiko yang bisa dimodikasi: Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes: Intoleransi Glukosa Intoleransi glukosa merupakan suatu keadaan yang menda- hului timbulnya diabetes. Angka kejadian intoleransi glukosa dilaporkan terus mengalami peningkatan.
Intoleransi glukosa mempunyai risiko timbulnya gangguan kardiovaskular sebesar satu setengah kali lebih tinggi dibandingkan orang normal. Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan dengan pemeriksaan TTGO setelah puasa 8 jam. Diagnosis intoleransi glukosa ditegakkan apabila hasil tes glukosa darah menunjukkan salah satu dari tersebut di bawah ini: Pada pasien dengan intoleransi glukosa anamnesis dan pemeriksaan sik yang dilakukan ditujukan untuk mencari faktor risiko yang dapat dimodikasi.
Materi pencegahan primer Materi pencegahan primer terdiri dari tindakan penyuluhan dan pengeloaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa. Skema tentang alur pencegahan primer dapat dilihat pada bagan Kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi dan intoleransi glukosa Materi penyuluhan meliputi antara lain: Program penurunan berat badan.
Pada seseorang yang mempunyai risiko diabetes dan mempunyai berat badan lebih, penurunan berat badan merupakan cara utama untuk menurunkan risiko terkena DM tipe 2 atau intoleransi glukosa. Dianjurkan diberikan pada setiap orang yang mempunyai risiko. Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal. Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak peak glukosa darah yang tinggi setelah makan.
Mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Latihan jasmani teratur dapat memperbaiki kendali glukosa darah, mempertahankan atau menurunkan berat badan, serta dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL. Latihan jasmani yang dianjurkan: Merokok merupakan salah satu risiko timbulnya gangguan kardiovaskular. Meskipun merokok tidak berkaitan langsung dengan timbulnya intoleransi glukosa, tetapi merokok dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe2.
Perencanaan kebijakan kesehatan agar memahami dampak sosioekonomi penyakit ini dan pentingnya penyediaan fasilitas yang memadai dalam upaya pencegahan primer. Pengelolaan yang ditujukan untuk: Kelompok intoleransi glukosa Kelompok dengan risiko obesitas, hipertensi, dislipidemia, dll. Intoleransi glukosa sering berkaitan dengan sindrom me Pengelolaan Intoleransi glukosatabolik, yang ditandai dengan adanya obesitas sentral, dislipidemia trigliserida yang tinggi dan atau kolesterol HDL rendahdan hipertensi.
Sebagian besar penderita intoleransi glukosa dapat diperbaiki dengan perubahan gaya hidup, menurunkan berat badan, mengonsumsi diet sehat serta melakukan latihan jasmani yang cukup dan teratur. Hasil penelitian Diabetes Prevention Program menunjukkan bahwa perubahan gaya hidup lebih efektif untuk mencegah munculnya DM tipe 2 dibandingkan dengan penggunaan obat obatan.
Bila disertai dengan obesitas, hipertensi, dan dislipidemia, dilakukan pengendalian berat badan, tekanan darah dan prol lemak sehingga tercapai sasaran yang ditetapkan 2. Pengelolaan berbagai faktor risiko lihat bab IV tentang masalah khusus: Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit pada pasien yang telah menderita DM.
Dilakukan dengan pemberian pengobatan yang cukup dan tindakan deteksi dini penyulit sejak awal pengelolaan penyakit DM. Dalam upaya pencegahan sekunder program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani program pengobatan dan dalam menuju perilaku sehat. Untuk pencegahan sekunder ditujukan terutama pada pasien baru. Perkein dilakukan sejak pertemuan pertama me,litus perlu selalu diulang pada setiap kesempatan pertemuan berikutnya.
Materi penyuluhan pada tingkat pertama dan lanjutan dapat dilihat pada materi edukasi pada bab II.
Journal of the ASEAN Federation of Endocrine Societies
Salah satu penyulit DM yang sering terjadi adalah penyakit kardiovaskular, yang merupakan penyebab utama kematian pada penyandang diabetes. Selain pengobatan terhadap tingginya kadar glukosa darah, pengendalian berat badan, tekanan darah, prol lipid dalam darah serta pemberian antiplatelet dapat menurunkan risiko timbulnya kelainan kardiovaskular pada penyandang diabetes. Pencegahan Tersier Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.